Profil Edisi 157 Agustus 2007
Dr Drh Diana Hermawati MSi, Giat Promosi Susu Kuda Sumbawa
Adalah Dr Drh Diana Hermawati, wanita kelahiran Jakarta 19 Februari 1955
yang tekun mempelajari seluk beluk susu kuda Sumbawa atau yang dulu di
era tahun 1997 sering disebut susu kuda liar. Bahkan berkat susu ini
pula ia mendapat gelar Doktor dari Fakultas Pascasarjana IPB tahun 2005
silam.
Menurut Diana yang ditemui Infovet di Pasar Tani Komplek Departemen
Pertanian, Ragunan (8/6) siang, kini sudah saatnya kembali mempromosikan
salah satu produk peternakan unggulan asal Pulau Sumbawa ini. Dari
hasil penelitiannya diketahui bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai
keistimewaan yaitu tidak mengalami penggumpalan dan kerusakan meskipun
tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi bahan pengawet apapun.
“Keunikan lainnya susu ini tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5
bulan. Sifat ini memberi petunjuk bahwa dalam susu kuda Sumbawa
terkandung zat yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri
yang berupa senyawa antimikroba alami,” ujar PNS yang merintis
pengembangan Lembaga Pengujian Mutu Produk Peternakan yang kini menjadi
Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan.
Karena keunggulan tersebut ia bersama rekan gigih memasarkan produk susu
ini dengan pemasaran yang dikirim langsung dari kelompok tani hasil
binaannya di kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Walhasil, rutin
produk susu yang baik untuk kesehatan ini terserap ke banyak pelanggan
setianya.
Selain itu, untuk menjaring pemasaran, ia juga giat mengikuti berbagai
promosi seperti dalam seminar, lokakarya dan pameran. Promosi dalam
bentuk talkshow di radio pun mulai rutin dilakukan.
Untuk mendapatkan khasiat dari susu kuda Sumbawa, Diana menganjurkan
untuk rutin meminum susu ini cukup 25-50 cc setiap hari pada pagi hari;
atau kalau mau dua kali sehari pagi dan sore.
“Efeknya sangat baik untuk kesehatan saluran pencernaan karena susu ini
mengandung prebiotik alami. Dan tak perlu melebih dosis yang dianjurkan
karena hanya dengan 50 cc aktivitas biologiknya telah optimal menekan
populasi bakteri jahat dalam saluran pencernaan. Selain itu susu ini
juga berfungsi untuk menjaga kebugaran, stamina dan menyembuhkan
penyakit pencernaan (tifus, kolera dan disentri), TBC, Leukimia dan
Tumor,” kata Doktor yang menjabat sebagai Medik Veteriner Madya di
Direktorat Kesehatan Hewan Deptan saat ini.
Produk susu yang ditawarkannya dijamin keasliannya karena berasal dari
produksi kelompok tani yang telah dibinanya lebih dari 5 tahun. Mereka
dibina mulai dari aspek sanitasi, hygiene, dan pengemasan, sehingga
dijamin produknya berkualitas dan berkhasiat sesuai dengan keunggulan
susu kuda Sumbawa yang terkenal itu.
Selain susu, dokter hewan alumni FKH UGM ini juga menawarkan madu khas
Sumbawa yang diperoleh dari hutan sehingga kemurnian dan keasliannya
juga tak perlu diragukan lagi. Lebih lanjut, dari kuda Sumbawa tak hanya
susunya yang bermanfaat, dagingnya pun juga lezat dikonsumsi. Saat ini
Diana tengah menyiapkan pasokan untuk sebuah restoran yang menyediakan
menu daging kuda Sumbawa untuk barbekyu dan steak.
Dahulu sempat dilarang
Sebelumnya peredaran susu kuda liar asal Sumbawa sempat dilarang oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena dinilai promosi susu ini
bersifat menyesatkan dan khasiatnya meragukan karena belum diuji coba
secara klinis. Namun semua itu kini terbantahkan berkat penelitian
Diana.
Dari tesisnya yang berjudul “Kajian Aktivitas dan Karakterisasi Senyawa
Antimikroba dari Susu Kuda Sumbawa” disimpulkan bahwa susu kuda Sumbawa
mempunyai keistimewaan yaitu tidak mengalami penggumpalan dan kerusakan
meskipun tidak dipasteurisasi dan tanpa diberi bahan pengawet apapun,
serta tahan disimpan pada suhu kamar sampai 5 bulan. Sifat ini memberi
petunjuk bahwa dalam susu kuda Sumbawa terkandung zat yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diduga senyawa
antimikroba alami.
Hal itu dibuktikan berdasarkan pengamatan Diana di lapangan ternyata
susu kuda Sumbawa yang disimpan pada suhu kamar sampai beberapa bulan
tidak rusak, melainkan hanya mengalami fermentasi. Padahal susu sapi
yang disimpan pada suhu kamar dalam waktu 24 jam sudah rusak dan tidak
dapat dikonsumsi lagi.
Sekitar tahun 1998 banyak beredar dan populer di masyarakat produk susu
kuda dengan label “susu kuda liar” dan dipromosikan sebagai obat yang
dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti paru-paru basah,
tuberkulosis, tifus, anemia, kanker dan sebagainya. Susu kuda Sumbawa
yang dijual dengan label ‘susu kuda liar’ dinyatakan masa edarnya sampai
beberapa bulan.
Susu ‘kuda liar’ tersebut ternyata berasal dari susu kuda yang
dipelihara dengan cara ekstensif (liar) yaitu dilepas di hutan atau
daerah bukit di pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di
kabupaten Sumbawa, Bima, Dompu yang akhirnya disebut sebagai susu kuda
Sumbawa. Susu kuda Sumbawa merupakan hasil pemerahan kuda-kuda di ketiga
kabupaten tersebut yang selanjutnya oleh para pengumpul susu langsung
dikirim menggunakan jerigen atau botol tanpa pemanasan dan pengolahan
terlebih dahulu ke perusahaan pengemas di Pulau Sumbawa, Lombok dan
Pulau Jawa.
Baik untuk pengobatan
Di Rusia susu kuda diolah menjadi Koumiss yang dipakai untuk Koumiss
Therapy di rumah-rumah sakit di Samara, Moskwa, Leningrad, Volinsk dan
lain-lain. Menurut Dharmojono (1993) pada tahun 1962 sudah ada 23 rumah
sakit di Rusia yang menggunakan Koumiss Therapy untuk menanggulangi
penyakit-penyakit tuberculosis (TBC), saluran pencernaan, avitaminosis,
anemia (lesu darah), penyakit kardiovaskuler, lever dan ginjal.
Sedangkan, di Indonesia, penggunaan susu kuda liar untuk pengobatan
berbagai macam penyakit baru dikenal setelah ada pengalaman beberapa
pasien penderita leukemia yang disembuhkan.
Masyarakat meyakini bahwa susu kuda Sumbawa mempunyai khasiat dapat
mengobati bermacam-macam penyakit namun demikian khasiat tersebut belum
berdasarkan pada hasil penelitian. Lebih lanjut, menurut Dharmojono,
masyarakat yang mengkonsumsi susu kuda Sumbawa yakin khasiatnya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker, tuberkulosis paru-paru,
saluran kencing, anemia, saluran pencernaan dan jenis penyakit lainnya
yang tidak dapat ditanggulangi oleh dokter, sehingga oleh masyarakat
sering disebut sebagai ‘obat dewa’.
Di lain pihak ada sebagian masyarakat yang menyangsikan khasiat susu
kuda Sumbawa sebagai obat, sebagaimana dikutip dari pemberitaan beberapa
media masa. Sementara, hasil pengujian di Balai Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) di beberapa daerah menunjukkan bahwa susu kuda Sumbawa
bersifat asam dengan, pH 3-4, tidak mengandung bakteri patogen, bahan
pengawet maupun bahan yang membahayakan, serta nilai gizinya baik dan
kadar lemaknya rendah, yaitu 0,97%.